Jl. Margonda No.15, Depok, Jawa Barat 16424 - Indonesia

Musik untuk Restoran dan Kafe: Cara Meningkatkan Suasana & Penjualan

September 29, 2025

Masuk ke kafe dengan desain interior ala Pinterest, barista ramah, kopi disajikan di cangkir keramik yang fotogenik. Semuanya terlihat sempurna. Lalu musik mulai diputar. Pertama jazz lembut, lalu lompat ke dangdut remix, terus masuk EDM yang lebih cocok buat gym. Tiba-tiba, semua yang tadi terasa indah runtuh dalam sekejap. Bukan karena kopinya, tapi karena telinga disiksa playlist acak.

Inilah masalah klasik. Banyak pemilik kafe dan restoran masih nganggep musik cuma pemanis. Padahal musik adalah fondasi atmosfer. Mau seenak apa pun makanannya, kalau suasananya salah, pelanggan bisa kabur dan nggak balik lagi.

Musik dan Atmosfer

Restoran dan kafe pada dasarnya menjual pengalaman, bukan cuma makanan. Orang bisa makan mie instan di rumah dengan harga sepertiga, tapi tetap memilih nongkrong di kafe. Kenapa? Karena mereka cari suasana. Musik adalah shortcut paling cepat untuk bikin suasana hidup.

Sarapan ditemani EDM 160 bpm jelas bikin kepala pusing. Dinner romantis diiringi dangdut koplo? Terlalu absurd bahkan buat konten TikTok. Musik yang salah bisa merusak semua detail yang sudah dibangun susah payah lewat interior, menu, dan pelayanan.

Dari Orkestra ke Playlist Acak

Fenomena ini bukan barang baru. Abad ke-19, restoran mewah di Eropa sudah menggunakan pianis atau kuartet gesek untuk menemani makan. Musik jadi simbol status dan kualitas. Masuk ke abad ke-20, bar di Amerika hidup dengan jazz dan swing. Suasananya hangat, penuh energi, sekaligus menghibur.

Sekarang? Tinggal colok Spotify atau YouTube. Praktis memang, tapi hasilnya sering ngawur. Algoritma tidak peduli restoran itu fine dining atau warung kopi. Satu menit lagu lo-fi, menit berikutnya lagu remix TikTok. Identitas tempat lenyap begitu saja. Juga bagaimana terkait legalitasnya? Nanti kita bahas di belakang.

Psikologi Musik, Efek Langsung ke Otak dan Dompet

Musik untuk Restoran dan Kafe: Cara Meningkatkan Suasana & Penjualan

Musik menembus langsung ke otak limbik, pusat emosi. Itu kenapa sebuah lagu bisa bikin orang tiba-tiba senyum atau sedih dalam hitungan detik. Dalam bisnis kuliner, efek ini bisa diarahkan.

  • Tempo: musik pelan bikin orang lebih santai, duduk lebih lama, dan sering nambah pesanan. Musik cepat bikin energi naik, tapi juga bikin mereka cepat selesai. Cocok untuk restoran sibuk.
  • Volume: terlalu keras bikin telinga pengunjung minta ampun, terlalu pelan bikin suasana kikuk. Volume pas bikin orang nyaman ngobrol tanpa teriak.
  • Genre: jazz atau klasik pas untuk fine dining, lo-fi atau R&B pas untuk kafe anak muda. Genre yang salah bikin suasana terasa aneh, kayak denger dangdut koplo di spa.

Contoh paling terkenal: penelitian di Inggris yang nemuin restoran yang muter musik klasik bisa jual minuman lebih mahal. Menunya tetap sama, tapi suasana bikin orang merasa fancy. Jadi ya, playlist bisa menambah jumlah nol di struk.

Musik dan Penjualan

Penelitian lain bahkan lebih kocak. Di supermarket, ketika musik Prancis diputar, penjualan minuman Prancis naik drastis. Begitu diganti musik Jerman, minuman Jerman yang laku. Otak manusia gampang banget dikendalikan nada.

Restoran cepat saji juga paham trik ini. Musik upbeat bikin orang makan cepat, kursi cepat kosong, pelanggan baru bisa masuk. Sementara kafe yang konsisten dengan musiknya justru membangun loyalitas. Anak muda datang bukan cuma buat kopi, tapi buat vibes. Mereka nongkrong, foto, bikin konten. Dan kalau musiknya pas, mereka balik lagi besok.

Masalah Abadi, Playlist Asal Colok

Inilah penyakit mayoritas kafe dan restoran. Musik asal ambil dari Spotify atau YouTube. Niatnya simpel, hasilnya runyam.

Pertama, soal legalitas. Lagu komersial punya hak cipta. Kalau diputar di ruang publik tanpa izin, itu pelanggaran. Teguran, denda, bahkan tuntutan bisa datang sewaktu-waktu.

Kedua, soal konsistensi. Playlist acak bikin suasana kacau. Lagi tenang denger Alicia Keys, tiba-tiba lompat ke remix jedag-jedug. Pengunjung mungkin diam, tapi dalam hati mereka sudah ilfeel.

Dan ini yang paling ironis: pemilik usaha rela keluar ratusan juta buat interior, tapi urusan musik masih mikir, โ€œasal ada aja.โ€

Solusi

Daripada gambling dengan playlist acak, solusi terbaik adalah musik terkurasi dengan hak kepemilikan musik terbatas khusus untuk bisnis. Salah satunya Dimulti Music.

  • Semua lagu legal, jadi aman dari masalah hukum.
  • Kurasi sesuai konsep tempat, jadi nggak ada lagi tabrakan mood.
  • Biayanya kecil banget dibanding potensi kerugian kalau sampai ada masalah.

Dengan sistem kayak gini, musik jadi bagian dari strategi bisnis, bukan sekadar hiburan tambahan.

Tips Praktis untuk Pemilik Usaha

Supaya musik benar-benar jadi aset, bukan cuma latar kosong, ada beberapa hal penting yang wajib diperhatikan.

  1. Kenali dulu karakter tempat. Apakah santai, formal, romantis, atau cepat? Musik harus sesuai dengan identitas itu.
  2. Bedakan musik pagi dengan malam. Pagi cocok dengan nada ringan dan segar, malam lebih pas dengan musik hangat atau romantis.
  3. Jaga konsistensi. Musik itu bagian dari brand. Sama pentingnya dengan logo atau desain interior.
  4. Jangan abaikan legalitas. Main aman jauh lebih murah daripada harus berurusan dengan masalah hukum.

Tren Indonesia: Kopi, Musik, dan Generasi Z

Budaya nongkrong di kafe sekarang sudah gila-gilaan. Gen Z jadi motor utamanya. Buat mereka, kafe bukan cuma tempat minum kopi. Kafe adalah latar identitas, tempat bikin konten, dan ajang pamer gaya hidup.

Musik jadi kunci. Ada kafe yang melejit gara-gara konsisten muter city pop Jepang. Ada yang jadi identik dengan indie lokal. Ada juga yang sukses jadi โ€œkantor bayanganโ€ karena muter lo-fi nonstop. Semua ini bukan kebetulan, tapi strategi.

Tanpa musik yang nyambung dengan target audiens, kafe bisa kehilangan relevansi. Interior bisa ditiru, menu bisa diplagiat, tapi identitas musik susah dipalsukan.

Dampak Jangka Panjang

Musik yang tepat bikin orang merasa terhubung dengan tempat. Dari situ lahir loyalitas, lalu terbentuk komunitas. Begitu komunitas ini terbentuk, tempat itu dapat promosi gratis setiap hari lewat mulut ke mulut dan postingan media sosial.

Sebaliknya, kafe yang nggak punya identitas musik akan cepat dilupakan. Mungkin beberapa mencoba cara agar terhindar dari royalti dan denda dengan suara alam, tapi setelah itu hilang tanpa jejak.

Contoh Playlist Musik untuk Restoran dan Cafe

Dengan panjang lebar kita bahas di atas, tanpa aksi maka tak menjadi apa-apa di dunia nyata. Berikut jika Anda ingin mencoba mempraktikannya di Restoran Anda. Pilih lagu yang anda suka di halaman ini. Lalu terapkan di tempat usaha. Ini beberapa yang bisa anda dengar, dan masih banyak lagi pilihannya.

Konklusi

Musik bukan dekorasi tambahan. Musik adalah fondasi atmosfer. Tempat yang serius memerhatikan musik akan punya identitas kuat, pengalaman berkesan, dan omzet lebih sehat. Tempat yang asal colok playlist akan kelihatan medioker, meski interiornya mewah.

Pengunjung bisa lupa harga menu, bisa lupa nama barista, tapi mereka nggak akan lupa suasana. Dan suasana itu, kuncinya ada di musik. Kalau masih dianggap remeh, jangan kaget kalau pelanggan cuma datang sekali lalu lenyap.